Home

Anda pengunjung ke

Happy Birthday BPK PT

Happy Birthday BPK PT

Susunan Pengurus BPK Persekutuan Teruna GPIB Anugerah Periode 2010 - 2012

Pemilihan Pengurus BPK Persekutuan Teruna GPIB Anugerah yang dilakukan hari Minggu 7 NOvember 2010 pukul 13.00 mendapatkan hasil sebagai berikut :

KETUA : Kak Reco
SEKRETARIS : Kak Nila
BENDAHARA : Kak Tyas

Untuk sie pendukung yang lain akan dikoordinasikan lebih lanjut.

Selamat bertugas Kakak-kakak pengurus yang sudah terpilih.
Selalu berkarya untuk meningkatkan persekutuan dan untuk kemuliaan TUhan.

Tuhan Yesus memberkati

Jumat, 23 April 2010

Senin, 26 April 2010 Cukup memakai sandal

Cukup Memakai Sandal
Baca: Roma 14:1-12

Ayat Mas: Roma 15:7
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 23-24; Lukas 19:1-27

Seorang raja berjalan kaki melihat keadaan negerinya. Di jalan, kakinya terluka karena terantuk batu. “Jalanan di negeriku amat buruk. Aku harus memperbaikinya,” begitu pikirnya. Maka, ia memerintahkan agar seluruh jalan di negerinya dilapisi dengan kulit sapi yang terbaik. Persiapan mengumpulkan sapi-sapi di seluruh negeri dilakukan. Di tengah kesibukan luar biasa itu, seorang pertapa menghadap raja dan berkata, “Wahai Paduka, mengapa Paduka mengorbankan sekian banyak kulit sapi untuk melapisi jalan-jalan negeri ini, padahal yang Paduka perlukan hanya dua potong kulit sapi untuk melapisi telapak kaki Paduka?” Konon sejak itu orang menemukan kulit pelapis telapak kaki, yaitu sandal.

Jemaat di kota Roma heboh, karena pertikaian antarkelompok yang beradu tuntutan. Pihak yang satu menuntut yang lain “jangan menyantap makanan yang dipersembahkan kepada berhala” sambil menghakimi para pelanggarnya. Pihak yang lain balas menuntut lawannya agar bersikap lebih dewasa sambil menghinanya sebagai “si lemah iman”. Paulus menasihati mereka agar membalikkan arah tuntutan itu, dari pihak lain menuju ke diri sendiri. Alih-alih menuntut orang lain, kita mesti mengubah persepsi kita sendiri. Yaitu, menerima sesama sebagaimana Tuhan sudah menerima mereka.

Manusia cenderung punya pengharapan yang berlebihan terhadap orang lain. Pengharapan itu bisa menjadi tuntutan, bahkan tuntutan yang tidak wajar lagi. Akibatnya, pertikaian heboh pun terjadi. Entah di rumah, di kantor, atau di gereja. Kita mau mengubah dunia, padahal yang kita perlukan adalah mengubah persepsi kita tentang dunia.

Menyelesaikan persoalan kerap kali bukan dengan menuding pihak lain melainkan dengan memperbaiki persepsi kita sendiri

Penulis: Pipi Agus Dhali

http://www.renunganharian.net/lihatrenungan.php?judul=Cukup Memakai Sandal&nama=

MInggu, 25 April 2010 Kehadiran Tuhan

Kehadiran Tuhan
Baca: Mazmur 11: 1-7

Ayat Mas: Mazmur 11:4
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 21-22; Lukas 18:24-43

Seorang pembimbing Komisi Remaja di gereja asal saya, selalu memulai doanya dengan khas. Awalan doa itu sudah belasan tahun lalu saya dengar dan masih sama sampai sekarang. Demikian bunyinya: “Bapa kami yang ada di surga, tetapi yang sekarang juga hadir di antara kami ….” Sebuah awalan doa yang penuh makna, bukan? Allah hadir di sana dan hadir di sini, sekaligus.

Pemazmur mengawali pujiannya dengan sebuah pernyataan iman bahwa pada Tuhanlah ia berlindung (ayat 1). Namun, bagaimana bisa Tuhan melindungi jika Dia ada di surga atau di bait-Nya yang kudus (ayat 4), sementara peristiwa kehidupan manusia ada di bumi atau di luar Bait Tuhan; di tempat yang tidak selalu dianggap kudus? Karena “mata-Nya mengamat-amati, sorot mata-Nya menguji anak-anak manusia”(ayat 4). Dengan kata lain, walaupun Tuhan memang di surga dan berada di bait yang kudus, tetapi surga dan bait-Nya yang kudus tidak memenjara Tuhan. Dari base camp-Nya Tuhan bisa melihat dan menguji orang yang hidup di dunia ini dengan segala tingkah lakunya, serta melakukan pembelaan-Nya (ayat 5,6). Pemahaman inilah yang membuat pemazmur mantap menjadikan Tuhan sebagai tempat perlindungannya.

Terkadang kita menganggap enteng macam-macam hal sebab kita juga menganggap enteng hal kehadiran Tuhan yang tak tampak mata. Keterbatasan mata indrawi kerap menjadi sebab kesembronoan hidup. Mata kita di dunia inilah yang tak dapat menembus surga, sementara mata Tuhan di surga melihat kita di dunia dengan terang benderang tiada tara

Mata Tuhan melihat yang tak kita duga
Penulis: Daniel K. Listijabudi
http://www.renunganharian.net/lihatrenungan.php?judul=Kehadiran Tuhan&nama=

Sabtu, 25 April 2010 Cinta dan Komitmen

Cinta dan Komitmen
Baca: Amsal 3:3-4

Ayat Mas: Amsal 3:3
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 19-20; Lukas 18:1-23

Tinul, seorang penyanyi sekaligus bintang film, bercerai dari suaminya. Ketika beberapa wartawan infotainment menanyainya, apa yang menyebabkan ia dan suaminya mengambil keputusan bercerai, Tinul menjawab, “Kami sudah tidak saling mencintai. Jadi ya, tidak ada lagi yang bisa dipertahankan,” sambil mengangkat bahu.

Begitulah kalau relasi suami istri hanya didasarkan pada rasa cinta, tidak akan langgeng. Itulah sebabnya dalam pernikahan kristiani, hal komitmen juga selalu ditekankan. Komitmen, yaitu ketika keduanya berikrar bersama: akan tetap setia dan mengasihi dalam kelimpahan maupun kekurangan, dalam suka dan duka, sehat dan sakit, sampai kematian memisahkan.

Cinta dan komitmen ibarat dua sisi pada satu mata uang yang sama; tidak dapat dipisahkan; yang satu tidak lengkap tanpa yang lain. Cinta tanpa komitmen akan rapuh. Sebab yang namanya cinta, seperti juga perasaan lain dalam diri manusia, tidak selalu tetap, ada pasang surutnya. Sebaliknya komitmen tanpa cinta juga hambar, relasi suami dan istri akan dirasakan sebagai kewajiban belaka. Karena itu, seperti yang dikatakan dalam bacaan Alkitab hari ini, “Janganlah kiranya kasih dan setia—cinta dan komitmen— meninggalkan engkau” (ayat 3).

Cinta dan komitmen bisa saling menjaga. Ketika cinta surut, komitmen akan menggelorakannya kembali. Dan ketika komitmen melonggar, cinta akan meneguhkannya lagi. Jadi, kalau sekarang cinta Anda terhadap pasangan sedang surut, jangan menyerah, kembalilah kepada komitmen awal. Sebaliknya kalau komitmen Anda menyusut, berpalinglah kepada cinta Anda yang mula-mula. Ingat, ia adalah belahan jiwa Anda.

Perpaduan cinta dan komitmen akan menjadi fondasi yang kokoh bagi sebuah relasi

Penulis: Ayub Yahya

http://www.renunganharian.net/lihatrenungan.php?judul=Cinta dan Komitmen&nama=

Jumat, 23 April 2010 Superhero yang Sesungguhnya

Superhero yang Sesungguhnya
Bacaan hari ini: 2 Timotius 3:10-17

Ayat mas hari ini: 2 timotius 3:17
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 16-18; Lukas 17:20-37

Pernahkan Anda membayangkan seorang superhero seperti Batman, Superman, atau Spiderman benar-benar muncul dalam kehidupan nyata, dan mereka benar-benar datang untuk membuat bumi ini bersih dari segala tindak kejahatan? Entah pernah atau tidak kita berpikir demikian, tetapi yang jelas tentunya kita semua merindukan dunia ini dapat bersih dari para pelaku kejahatan, seperti perampok, penodong, atau para koruptor.

Namun, Alkitab memuat pernyataan tentang dunia yang sangat jauh dari harapan kita; dunia yang akan semakin jahat (ayat 13). Dan di tengah kejahatan yang semakin bertambah, Paulus menasihati Timotius untuk menjadi seorang “superhero”, bukan dengan memakai kekuatan fisik, melainkan dengan tetap melakukan perbuatan baik (ayat 17). Ya, dunia yang penuh dosa ini memang tidak akan pernah bisa lepas dari kejahatan. Dan kejahatan tidak bisa dilawan dengan kejahatan, sebab itu berarti melipatgandakan kejahatan. Kejahatan hanya bisa dikalahkan dengan kebaikan. Lalu bagaimana caranya? Dengan berpegang pada kebenaran Allah (ayat 14). Apabila semua orang berpegang kepada firman Tuhan, dunia ini akan bertambah baik.

Jadi, siapakah “superhero” yang sesungguhnya? Harapan bagi kedamaian dunia? Kita: orang-orang yang berpegang kepada kebenaran firman Tuhan. Kita tidak bisa mengharapkan orang lain muncul untuk memberikan kedamaian dunia. Kedamaian haruslah dimulai dari diri kita sendiri. Tatkala kita berbuat baik, dan berpegang pada firman Allah, walaupun mungkin dunia semakin jahat, kita telah memberikan sedikit kedamaian—minimal bagi orang-orang yang ada di sekitar kita.

Di tengah dunia yang makin jahat

Janganlah kita jemu berbuat kebaikan

Penulis: Riand Yovindra
http://www.renunganharian.net/utama.php?tanggalnya=2010-04-23

Rabu, 21 April 2010

Rabu, 21 April 2010 Pilihan Kartini

Pilihan Kartini
Bacaan hari ini: 1 Tawarikh 29:1-9

Ayat mas hari ini: 1 Tawarikh 29:2
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 12-13; Lukas 16


Kartini pernah ditawari beasiswa untuk bersekolah di negeri Belanda, tetapi batal demi menaati orangtuanya, yang menyuruhnya menikah dengan Bupati Rembang. Ia bisa saja meratapi nasib malangnya, tetapi ia mencoba melihat kepentingan yang lebih besar.

Ia pun mengusulkan agar beasiswa itu dialihkan kepada Agus Salim, seorang pemuda Sumatra Barat. Sebuah pilihan menarik yang menunjukkan bahwa ia tidak lagi berpikir dalam lingkup Jawa, tetapi sudah dalam lingkup Indonesia. Ia memilih Agus Salim bukan berdasarkan latar sukunya, melainkan karena melihat potensi menjanjikan dalam diri pemuda itu. Dan, ia melakukannya jauh sebelum Boedi Oetomo berdiri!

Dalam konteks yang agak berbeda, sikap Kartini mirip dengan kebesaran hati Daud. Ia rindu membangun Bait Allah, tetapi Tuhan tidak berkenan karena tangannya telah menumpahkan darah. Anaknyalah yang akan membangun bait itu. Daud juga bisa kecewa dan tidak lagi peduli pada pembangunan Bait Allah. Namun, oleh kasihnya kepada Allah, ia memikirkan jalan untuk mendukung pembangunan rumah Allah. Ia merancang bangunan Bait Allah itu dan mempersiapkan sebanyak mungkin bahan-bahan yang diperlukan. Sikap Daud ini mendorong bangsa Israel untuk turut memberikan persembahan sukarela. Sumbangsih mereka tentu sangat meringankan beban Salomo dalam memenuhi panggilannya.


Impian pribadi kita bisa jadi kandas. Apakah kita akan terpuruk berputus asa? Ataukah kita tertantang untuk menemukan jalur alternatif guna tetap memberkati keluarga, gereja, masyarakat, dan bahkan bangsa kita?

Sebuah pintu yang tertutup bukan berarti jalan buntu

Tetapi kesempatan untuk melihat pintu lain terbuka

Penulis: Arie Saptaji
http://www.renunganharian.net/utama.php?tanggalnya=2010-04-21

Minggu, 18 April 2010

Minggu, 18 April 2010 Tidak Bisa Memilih

Tidak Bisa Memilih

Bacaan hari ini: Yeremia 20:7-9


Ayat mas hari ini: Yeremia 20:7

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 3-5; Lukas 14:25-35

Seorang teman pendeta bercerita, ia tidak pernah punya keinginan menjadi pendeta. Waktu remaja sebetulnya ia ingin menjadi tentara, tetapi berbagai pengalaman hidup yang ia alami malah menggiringnya untuk masuk ke sekolah teologi. Ketika menempuh studi teologia pun berulang kali ia berniat mundur. Namun entah bagaimana, selalu saja ada hal-hal yang membuat ia tidak bisa mundur. Sampai akhirnya, ia selesai studi. Lalu terjun dalam pelayanan jemaat dan menjadi pendeta.

Hidup ini terdiri dari pilihan-pilihan. Kita memilih untuk begini dan begitu, ke sana dan ke sini. Akan tetapi, terkadang dalam hal-hal tertentu kita tidak bisa memilih. Tuhan seakan-akan sudah memilihkan untuk kita, dan kita tidak bisa tidak harus menjalani pilihan yang sudah Tuhan tentukan itu. Contohnya Yunus. Tuhan sudah menetapkannya untuk pergi ke Niniwe. Yunus tidak ingin pergi ke kota itu, sampai ia mencoba melarikan diri, tetapi toh ia tidak bisa menghindar (Yunus 1-3).

Juga sama dengan Yeremia. Ia tidak ingin menjadi nabi, status yang banyak membuatnya menderita lahir dan batin. Namun, setiap kali ia mencoba menghindar, dalam hatinya selalu muncul sesuatu yang menyala-nyala seperti api, dan ia tidak sanggup menahannya (ayat 9).

Kita pun mungkin pernah, atau bahkan tengah, mengalami hal serupa; ingin lari dari suatu tugas panggilan, tetapi tidak kunjung bisa. Ada saja yang menghalangi. Dalam situasi demikian, tidak ada jalan lain, terima dan jalani tugas panggilan itu dengan rela. Jangan memberontak. Sebab hanya akan melelahkan diri sendiri

Jangan menghindari tugas panggilan Tuhan seberat apa pun, jalani dengan iman

Penulis: Ayub Yahya

http://wwww.renunganharian.net/utama.php?tanggalnya=2010-04-18

Kamis, 15 April 2010

Jumat, 16 April 2010 Memiliki Yesus

Memiliki Yesus
Baca: 1 Yohanes 5:1-12


Ayat Mas: 1 Yohanes 5:12

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Samuel 30-31; Lukas 13:23-25

Ketika kecil, kita cenderung sangat posesif. Sulit bagi kita untuk berbagi. Kita terganggu kalau mainan kita dipinjam teman dalam waktu cukup lama, apalagi kalau sampai dibawa pulang. Bagi seorang anak, memiliki berarti menguasai dan memonopoli secara absolut.

Surat Yohanes menyatakan bahwa Allah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita, dan hidup itu berada di dalam Anak-Nya, Yesus Kristus. “Siapa yang memiliki Anak, ia memiliki hidup” (ayat 12). Apakah itu berarti, seperti pemaknaan anak kecil, kita menguasai dan memonopoli Yesus Kristus? Bukan! Yohanes justru ingin menekankan pentingnya umat percaya untuk hidup dalam respons yang tepat terhadap rahmat Allah (1 Yohanes 4:8, 11). Maksudnya, rahmat Allah perlu disambut oleh iman dan sikap hidup beriman dari pihak kita. Gayung pun bersambut, ketika kita merespons rahmat Allah yang mendatangi kita di dalam Yesus.

Tidak semua orang yang mengaku percaya terhitung sebagai mereka yang memiliki Yesus. Yesus bukan barang yang bisa kita kuasai dan kita monopoli. Memiliki Yesus berarti beriman di dalam dan hidup menurut teladan Yesus Kristus. Memiliki Yesus bukan hanya soal memiliki ajaran yang benar, melainkan soal menjalankan tindakan yang benar, sesuai dengan iman (ayat 2).

Anda mau membuktikan bahwa Anda memiliki Yesus? Bukan seperti anak kecil yang ingin menguasai dan memonopoli mainan miliknya, kita yang sungguh-sungguh memiliki Yesus malah tergerak untuk membagikan kasih Yesus kepada sesama melalui tindakan nyata. Dan kita tidak akan merasa berat menjalankan perintah-Nya.

Kasih Allah tidak dapat dimiliki secara eksklusif

Melainkan merengkuh orang lain untuk turut mengecapnya

Penulis: Daniel K. Listijabudi

http://www.renunganharian.net/lihatrenungan.php?judul=Memiliki%20Yesus&nama=

Kamis, 15 April 2010 Penyakit Rohani

Penyakit Rohani
Bacaan hari ini: Galatia 5:16-24


Ayat mas hari ini: Galatia 5:24

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Samuel 27-29; Lukas 13:1-22

Yang namanya penyakit: ada penyakit jasmani, ada penyakit rohani. Penyakit rohani lebih berbahaya daripada penyakit jasmani, karena berlaku tidak hanya di dunia ini saja, tetapi juga dalam kehidupan nanti sesudah kehidupan di dunia ini. Tidak ada, misalnya, orang yang masuk neraka karena menderita diabetes atau darah tinggi. Selain itu penyakit rohani biasanya tidak disadari, kecuali oleh orang lain. Orang yang tamak, misalnya, ia tidak akan sadar kalau dirinya tamak. Malah bisa jadi tersinggung kalau dibilang tamak.

Bagaimana mengatasi penyakit rohani? Pertama-tama, kenali jenis-jenis penyakit rohani yang ada. Paulus menyebut penyakit rohani ini sebagai “perbuatan daging” (ayat 19). Lalu, lakukan “check-up” rutin, yaitu dengan melakukan evaluasi dan introspeksi diri; bisa secara pribadi, bisa bersama orang terdekat—apakah kita mengidap salah satu atau beberapa dari penyakit rohani tersebut?

Apabila ada, segeralah lakukan “penyembuhan”, bisa dengan meminta nasihat orang-orang yang kita percayai, bisa juga dengan membaca buku-buku rohani yang sesuai. Dan yang paling utama, berdoalah kepada Tuhan. Salah satu contoh bagus doa agar terbebas dari penyakit rohani ada di Amsal 30:7-9, “Dua hal aku mohon kepada-Mu, jangan itu Kautolak sebelum aku mati, yakni: Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa Tuhan itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.

Kita jangan hanya peduli dengan penyakit jasmani kita juga perlu peduli dengan penyakit rohani dalam diri kita
http://www.renunganharian.net/utama.php?tanggalnya=2010-04-15

Penulis: Ayub Yahya

Jumat, 09 April 2010

IMPT 14 MARET 2010 JANGAN KUATIR

Pembacaan Firman dari  Lukas 12 :22 - 34

Mengapa kita sebagai anak Tuhan tidak boleh kuatir?

1. Tuhan telah memberikan sesuatu yang paling berharga (Lukas 12: 23).
Bapa telah memberikan AnakNya yang Tunggal Yesus Kristus untuk menebus dosa kita semua. Tuhan Yesus telah mengalami penderitaan baik secara fisik maupun psikis untuk menggantikan penderitaan kita semua yang percaya padanya.

2. Kita berharga dimata Tuhan (Lukas 12: 24).
Sedemikian berharganya kita sampai-sampai Tuhan merelakan AnakNya yang tunggal untuk menebus kita. Kita semua masing-masing adalah unik dan berharga di mata Tuhan (Mazmur 139: 13-16). Tidak seseorang yang sama dengan orang lain, sampai-sampai sidik jari kitapun tidak ada yg menyamai bahkan dari sejak dunia ada, sekarang dan sampai selama-lamanya.

3. Kekuatiran tidak bisa mengubah hidup kita (Lukas 12: 25).
Kekuatiran tidak ada gunanya dan tidak menghasilkan apa-apa yang baik, bahkan kekuatiran dapat memberikan akibat buruk bagi kita. Banyak orang mengalami penderitaan karena kekuatiran, kekuatiran mengakibat orang strees, bahkan sampai ada yang sakit jiwa dan sakit jasmani.

4. Tuhan bertanggung jawab atas hidup kita (Lukas 12:29).
Pemeliharaan Tuhan ada pada hidup kita semua sebagai orang percaya. Sebagai anak-anaknya tidak akan dibiarkannya kita terlantar. Dialah yang akan mencukupi kita semua sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing.

Oleh karena itu janganlah kita kuatir lagi atas segala permasalahan hidup kita. Marilah kita serahkan segala kekutiran kita sepenuhnya kepada Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati.

IMPT, 7 Maret 2010 Pelayanan untuk pendamaian

Pelayanan untuk pendamaian


5:11 Kami tahu apa artinya takut akan Tuhan, d karena itu kami berusaha meyakinkan orang. Bagi Allah hati kami nyata dengan terang dan aku harap hati kami nyata juga demikian bagi pertimbangan e kamu. 5:12 Dengan ini kami tidak berusaha memuji-muji diri kami sekali lagi f kepada kamu, tetapi kami mau memberi kesempatan kepada kamu untuk memegahkan kami, g supaya kamu dapat menghadapi orang-orang yang bermegah karena hal-hal lahiriah dan bukan batiniah. 5:13 Sebab jika kami tidak menguasai diri, h hal itu adalah dalam pelayanan Allah, dan jika kami menguasai diri, hal itu adalah untuk kepentingan kamu. 5:14 Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. i 5:15 Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, j tetapi untuk Dia, yang telah mati k dan telah dibangkitkan untuk mereka. 5:16 Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang jugapun menurut ukuran manusia. l Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian. 5:17 Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, m ia adalah ciptaan baru 1 : n yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. o 5:18 Dan semuanya ini dari Allah, p yang dengan perantaraan Kristus q telah mendamaikan kita dengan diri-Nya 2 dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. 5:19 Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. r Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. 5:20 Jadi kami ini adalah utusan-utusan s Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; t dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. u 5:21 Dia yang tidak mengenal dosa v telah dibuat-Nya menjadi dosa 3 karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah
 

Selasa, 06 April 2010

Jumat, 9 April 2010 Buah Sejati

Buah Sejati


Baca: 2 Timotius 2:1-7
Ayat Mas: 2 Timotius 2:2
Bacaan Alkitab Setahun: 1 Samuel 13-14; Lukas 10:1-24

Christian A. Schwarz, peneliti pertumbuhan gereja alamiah, mendapat pertanyaan yang mengubah pemikirannya tentang kehidupan yang berbuah. Donald McGravan, yang dihormatinya sebagai bapak pertumbuhan gereja, suatu ketika menanyainya, “Apakah buah sejati sebatang pohon apel?” Dengan naif Schwarz menjawab, “Tentu saja buah apel.” McGravan tampaknya sudah menduga jawaban itu. “Salah,” katanya, kemudian terdiam sejenak penuh arti. “Buah sejati pohon apel bukan buah apel, melainkan pohon apel lainnya.” Berbuah, dengan demikian, sebenarnya bukan sekadar menghasilkan buah, melainkan melipatgandakan kehidupan yang serupa.

Paulus pun mengemukakan prinsip pelipatgandaan tersebut dalam hal pemuridan orang percaya. Ia mendorong Timotius agar tidak berpuas diri hanya dengan mengajarkan kebenaran firman Tuhan kepada jemaat yang dipimpinnya. Anggota jemaat harus diperlengkapi sedemikian rupa, sehingga mereka bukan hanya memahami dengan baik dan menerapkan kebenaran yang diajarkan, melainkan mampu pula mengajarkan lagi kebenaran itu kepada orang lain. Estafet pengajaran ini merupakan salah satu faktor yang menunjang pertumbuhan gereja.

Ketika kita menerima pengajaran firman Tuhan, ibaratnya kita sedang mengalami pembuahan. Ketika kita memahami dan menerapkan firman itu, berarti kita sedang menghasilkan buah. Ketika kita mengajari orang lain sampai orang itu memahami, menerapkan, dan mampu mengajarkan lagi kebenaran tersebut, barulah kita sungguh-sungguh berbuah. Jadi, sudah sejauh mana kehidupan kita berbuah?

Berbuah tidak lain berarti melipatgandakan kehidupan

Penulis: Arie Saptaji
http://www.renunganharian.net/lihatrenungan.php?judul=Buah%20Sejati&nama=

Senin, 05 April 2010

Kamis, 8 April 2010 Kualitas Rencana kualitas Hidup

Kualitas Rencana, Kualitas Hidup
Baca: Yesaya 32:1-8


Ayat Mas: Yesaya 32:6-8

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Samuel 10-12; Lukas 9:37-62

Cinderella bersepatu kaca? Ya, begitulah dongeng yang kita baca dan dengar berulang kali. Padahal sebenarnya Cinderella bersepatu kaca adalah contoh sebuah kesalahan yang lestari. Pada 1697, Charles Perrault menulis kisah Cinderella dalam bahasa Prancis. Ia menggunakan frasa pantoufle en vair untuk sepatu Cinderella. Dalam penerjemahan ke dalam Bahasa Inggris, kata vair (bulu tupai) salah dibaca sebagai verre yang berarti kaca. Akibat kesalahan tak sengaja ini akhirnya jadilah Cinderella bersepatu kaca (Sumber: Ensiklopedia Kelirumologi, Jaya Suprana).

Ada kesalahan yang terjadi secara tidak sengaja, tetapi ada orang yang memang berencana untuk melakukan hal yang salah. Yesaya menuturkan bahwa salah satu ciri orang bebal adalah hatinya merencanakan yang jahat, dan bibirnya mengucapkan kata-kata yang menyesatkan (ayat 6). Orang bebal merancangkan perbuatan-perbuatan keji terhadap orang lain. Orang bebal bukan berarti bodoh. Bebal berarti tahu yang benar, tetapi merencanakan dan melakukan yang sebaliknya. Bertolak belakang dengan tindakan orang bebal, orang berbudi luhur merencanakan hal yang baik bagi orang lain (ayat 8). Kualitas manusia terlihat dari apa yang direncanakan dalam hati dan pikirannya. Khususnya apa yang direncanakannya bagi hidup orang lain.

Hari ini, apa yang kita rencanakan dalam hati dan pikiran? Rencana untuk memfitnah atau melakukan kejahatan terhadap orang lain menunjukkan kebebalan kita, sebab kita sudah tahu apa yang benar. Sebaliknya, keluhuran hati dan pikiran kita terlihat dari rencana untuk melakukan hal yang baik kepada orang lain, bahkan yang membenci kita sekalipun.

Kualitas hidup manusia terlihat dari rencana-rencananya


Penulis: Wahyu Pramudya
http://www.renunganharian.net/lihatrenungan.php?judul=Kualitas%20Rencana,%20Kualitas%20Hidup&nama=

Rabu, 7 April 2010 Maunya Tuhan = repot

Maunya Tuhan = Repot

Baca: Kejadian 6:13-22

Ayat Mas: Kejadian 6:22
Bacaan Alkitab Setahun: 1 Samuel 7-9; Lukas 9:18-36

Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta, memiliki luas lebih dari 100 hektar, dengan koleksi satwa cukup banyak. Setiap satwa punya karakteristik yang berbeda-beda, mulai dari perilaku, cara beradaptasi, ekosistem, makanan, hingga cara penanganannya. Makanan kasuari berbeda dengan makanan jerapah. Kandang burung rangkong berbeda dengan kandang buaya. Cara menangani beruang berbeda dengan cara menangani binturong (sejenis musang). Jika bekantan dan harimau diletakkan bersebelahan, bekantan akan mati tanpa harimau perlu menerkamnya. Masing-masing unik. Mengurus semuanya tentu sangat repot, butuh banyak pekerja.

Alkitab memang hanya menceritakan bahwa selain membuat bahtera, Nuh disuruh Tuhan mengumpulkan satu pasang dari segala jenis binatang di muka bumi. Nuh disuruh mengumpulkan makanan bagi keluarganya, juga untuk semua makhluk hidup yang bersamanya itu. Alkitab sama sekali tidak menceritakan bagaimana proses mengumpulkan semua satwa dan menyediakan makanannya, atau bagaimana berurusan dengan semua satwa tersebut selama air bah berlangsung. Namun, dari gambaran ilustrasi di atas, dapat dibayangkan bahwa pekerjaan yang diberikan Allah kepada Nuh bukanlah sesuatu yang mudah, alias sangat merepotkan.

Adakah di antara kita yang ingin mengikuti maunya Tuhan, tetapi tidak mau repot? Jika demikian, mungkin kita takkan pernah menjadi orang yang mendapat kasih karunia di mata Tuhan (ayat 8). Mengikuti perintah Tuhan kadang memang harus repot, tetapi jalani dengan keyakinan bahwa Tuhan takkan memberi perintah buruk. Seperti yang Nuh lakukan.

Mengikuti kehendak Tuhan kadang harus mau repot

Penulis: G. Sicillia Leiwakabessy
http://www.renunganharian.net/lihatrenungan.php?judul=Maunya%20Tuhan%20=%20Repot&nama=

Selasa, 6 April 2010 Peniup Peluit

Peniup Peluit
Baca: Yeremia 21:11-22:9

Ayat Mas: Yesaya 6:8
Bacaan Alkitab Setahun: 1 Samuel 4-6; Lukas 9:1-17


Seorang whistle blower (peniup peluit) adalah seseorang yang berani membongkar ketidakbenaran yang sedang berkembang di suatu organisasi. Orang ini biasanya adalah orang dalam, bagian dari organisasi itu. Pada konferensi tentang isu iklim global di Kopenhagen, Denmark, bulan Desember 2009 lalu, sempat muncul seorang yang demikian. Ia membocorkan isi proposal sebuah surat keputusan yang kabarnya akan dilegalkan di sana. Isinya kontroversial. Cenderung menguntungkan negara-negara maju dan merugikan negara-negara berkembang atau miskin. Sontak, berbagai pihak mengecam proposal tersebut.

Fungsi sebagai “peniup peluit” ini mirip dengan peran para nabi di Alkitab. Yeremia adalah salah satunya. Ia hidup ketika bangsa Yehuda, secara khusus para pemimpinnya, hidup dalam dosa. Mereka tidak taat pada perintah Tuhan. Menindas keadilan dan kebenaran, membiarkan pemeras merajalela, memperlakukan orang asing, yatim dan janda dengan keras, serta menganiaya orang-orang yang tak bersalah. Yeremia menyuarakan protesnya atas tindakan mereka. Menjadi penyambung lidah Allah bagi mereka. Ia tahu ini membahayakan hidupnya. Namun, ia memberi dirinya untuk menjadi alat Allah.

Kita pun dipanggil Tuhan untuk melanjutkan peran kenabian ini. Ketika berkembang sesuatu yang tidak benar di keluarga, gereja, kantor, organisasi, atau masyarakat kita, Tuhan memanggil kita untuk menyuarakan kebenaran. Untuk membongkar ketidakbenaran yang sedang berkembang, bahkan kalau bisa untuk memperbaikinya. Tidak mudah, bahkan kerap membuat kita terancam. Kalau bukan kita, umat-Nya, siapa lagi yang bisa Dia utus?

Tuhan, ini aku, utuslah aku
untuk menjadi nabi-Mu di lingkungan kami masing-masing

Penulis: Alison Subiantoro

Senin, 5 April 2010 Menjadi yang terbesar

Menjadi yang Terbesar
Baca: Markus 10:35-45


Ayat Mas: Markus 10:44

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Samuel 1-3; Lukas 8:26-56

Sekelompok kuda liar sedang makan rumput di sebuah padang belantara. Tiba-tiba muncul seekor harimau kelaparan yang tengah mencari mangsa. Kuda-kuda itu serentak melindungi diri dengan cara berdiri saling berhadapan membentuk lingkaran. Sang harimau tidak berani mendekat, takut kena tendang. Akan tetapi, dengan tipu muslihatnya ia lalu berkata, “Sungguh sebuah barisan yang bagus. Bolehkah aku tahu kuda jenius mana yang mencetuskan idenya?” Kuda-kuda itu termakan hasutan sang harimau. Mereka berdebat siapa yang pertama kali mencetuskan ide membuat barisan kokoh tersebut. Tidak ada kata sepakat, akhirnya mereka cerai-berai. Sang harimau pun dengan mudah memangsa mereka satu per satu.

Dalam sebuah kelompok—baik kelompok kerja di perusahaan, maupun kelompok pelayanan di gereja—salah satu kerikil paling tajam yang bisa muncul adalah persaingan tentang siapa yang paling berpengaruh; paling berjasa; paling penting. Apabila sudah begitu, kelompok tersebut akan menjadi sangat rapuh. Seperti yang terjadi pada kelompok kuda dalam cerita di atas.

Persaingan demikian rupanya terjadi juga di kalangan para murid Tuhan Yesus. Setelah sebelumnya mereka berdebat tentang siapa yang terbesar di antara mereka (Markus 9:33-37), sekarang tahu-tahu Yakobus dan Yohanes tampil meminta tempat utama kepada Guru mereka (ayat 37). Kesepuluh murid lain kontan marah kepada kedua bersaudara itu. Tuhan Yesus segera meluruskan pemahaman mereka. Siapa yang ingin menjadi yang terbesar, ia harus menjadi pelayan bagi semua (ayat 43,44). Artinya, kebesaran sejati terletak dalam kerendahan hati.

Jangan mencari-cari kebesaran
sebab itu justru menunjukkan “kekecilan” diri kita

Penulis: Ayub Yahya
http://www.renunganharian.net/lihatrenungan.php?judul=Menjadi yang Terbesar&nama=