Home

Anda pengunjung ke

Happy Birthday BPK PT

Happy Birthday BPK PT

Susunan Pengurus BPK Persekutuan Teruna GPIB Anugerah Periode 2010 - 2012

Pemilihan Pengurus BPK Persekutuan Teruna GPIB Anugerah yang dilakukan hari Minggu 7 NOvember 2010 pukul 13.00 mendapatkan hasil sebagai berikut :

KETUA : Kak Reco
SEKRETARIS : Kak Nila
BENDAHARA : Kak Tyas

Untuk sie pendukung yang lain akan dikoordinasikan lebih lanjut.

Selamat bertugas Kakak-kakak pengurus yang sudah terpilih.
Selalu berkarya untuk meningkatkan persekutuan dan untuk kemuliaan TUhan.

Tuhan Yesus memberkati

Senin, 27 September 2010

IMPT, 26 September 2010

Syalom PTerz.
Selamat beraktifitas hari ini.

Ibadah Minggu Persekutuan Teruna tanggal 26 September 2010.
Ada 2 perikop  Bacaan,  disiapkan ya..
  1. Matius 10 : 32 - 40
  2. Matius 22 : 36 - 40
10:32 Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga.
10:33 Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga."
10:34 "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.
10:35 Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya,
10:36 dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.
10:37 Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.
10:38 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.
10:39 Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
10:40 Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku.

22:36 "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?"
22:37 Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
22:38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
22:39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
22:40 Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."

Ada ilustrasi  untuk membantu kita memahami tentang  rangkaian ayat-ayat diatas  yang kita pelajari .
 
TIAP KELUARGA ADA SALIBNYA

Tuhan Yesus menyuruh mereka yang hendak mengikut Dia untuk memikul salib. Salib siapa yang perlu kita pikul? Banyak orang mengira itu adalah salib Kristus. Padahal bukan itu yang dimaksudkan. Tuhan Yesus berkata, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Lukas 9:23). Di sini bukan tertulis “salib-Ku” melainkan “salibnya”. Salib yang perlu kita pikul bukanlah salib Kristus, melainkan salib kita sendiri.

Mengapa Tuhan Yesus menyuruh kita memikul salib kita masing-masing? Apa maksudnya? Salib adalah lambang penderitaan, atau lebih tepat lagi, lambang penderitaan sebagai pengorbanan.
Tidak ada orang yang menghendaki penderitaan. Namun, kenyataannya dalam hidup ini tidak ada orang yang luput dari penderitaan. Penderitaan ada sebagai bagian dari hidup kita dalam pelbagai bentuk yang berbeda.
Ambillah contoh yang ringan. Dalam tiap pekerjaan ada tugas yang menyenangkan dan ada pula tugas yang kurang menyenangkan, bahkan menjengkelkan. Kita mau menjalankan tugas yang menyenangkan, tetapi kita cenderung menggeser tugas yang menjengkelkan kepada orang lain. Padahal tugas yang menjengkelkan itu pun termasuk bagian dari pekerjaan yang harus kita jalankan. Bagian dari tugas kita yang menjengkelkan itu adalah salib yang perlu kita pikul.
Kehidupan berkeluarga pun terdiri dari bagian yang menyenangkan dan bagian yang kurang menyenangkan. Penyakit, musibah, atau persoalan rumah tangga adalah bagian-bagian yang kurang menyenangkan. Kita tidak dapat menghindar dari bagian-bagian yang kurang menyenangkan itu. Kita tidak boleh hanya mau enaknya saja. Juga bagian-bagian yang tidak enak perlu kita pikul. Itu adalah salib kita.
Bayangkan betapa beratnya beban perasaan orang tua yang anaknya cacat ganda. Tiap hari mereka melihat anaknya terkulai lemas di kursi. Anaknya itu hanya dapat mengeluarkan beberapa bunyi yang sulit dimengerti. Tiap hari orangtua ini memikul beban yang terdiri dari pelbagai macam perasaan terhadap anak mereka. Beban perasaan ini adalah salib yang mereka pikul.
Keluarga lain menghadapi salib yang bentuknya lain lagi. Belum sebulan keluarga ini menempati rumah mereka yang baru. Rumah ini adalah hasil kerja keras dari hidup sangat berhemat selama sepuluh tahun lebih. Seluruh tabungan habis terkuras untuk melunasi cicilan rumah ini. Tetapi belum lagi mereka sempat mengasuransikannya, rumah mereka beserta seluruh isinya habis dimakan api. Semua milik bendawi mereka habis. Sekarang mereka harus memulai segala sesuatu dari nol lagi.
Dalam kehidupan ini memang ada seribu satu macam salib. Dan, tiap keluarga mempunyai salibnya masing-masing. Ada keluarga yang begitu sedih karena mendambakan anak, sebaliknya ada keluarga yang mempunyai banyak anak, namun perilaku anak mereka sungguh menyakiti hati. Ada istri yang tertekan batin karena suaminya tidak setia. Ada anak yang dirundung kesedihan karena sejak kecil ditinggal ayah, ada pula anak yang mempunyai ayah, tetapi ayahnya adalah seorang pemabuk. Ada istri yang baru saja melahirkan anaknya yang pertama, tetapi seminggu kemudian suaminya meninggal akibat tabrakan lalu-lintas. Ada suami yang tiap bulan harus mengantarkan istrinya “cuci darah” karena mengidap sakit ginjal dan seluruh gajinya habis digunakan untuk pengobatan istrinya.
Kalau kita melihat keluarga lain, mungkin kita akan berpikir, alangkah beruntungnya keluarga itu, mereka tidak menghadapi penderitaan. Memang dari luar bisa saja keluarga itu tampaknya tidak dirundung persoalan atau penderitaan. Tetapi sebenarnya tiap keluarga mempunyai persoalannya sendiri. Ada pepatah yang berkata: tiap rumah ada salibnya. Atau dalam bahasa asingnya: Ieder huis heeft zijn eigen kruis, atau Jedes Haus hat sein eigenes Kreuz.
Memang ada persoalan atau penderitaan yang terjadi karena kesalahan kita sendiri. Demikian juga ada persoalan atau penderitaan yang dapat kita tanggulangi. Namun, ada pula persoalan dan penderitaan yang betul-betul tidak terelakkan. Penderitaan yang tidak terelakkan ini adalah salib yang perlu kita pikul.
Mungkin kita ingin menghindar dari salib itu. Justru karena itu dalam ucapan-Nya yang kita kutip tadi, Tuhan Yesus menyuruh kita “menyangkal diri”, artinya: mengalahkan keinginan kita sendiri. Menjelang penderitaan-Nya di Golgota, Tuhan Yesus pun ingin menghindar dari penderitaan. Ia memohon, “Ya Bapa Ku, jika Engkau mau ambillah cawan ini daripada Ku ...” (Lukas 22:42a). Namun, pada waktu itu Yesus pun menyangkal diri dan berdoa “... tetapi bukan kehendak Ku melainkan kehendak Mu lah yang terjadi”. (Lukas 22:42b).
Dalam ucapanNya yang kita kutip tadi, Tuhan Yesus bukannya menyuruh kita memikul salib hanya sekali-kali melainkan setiap hari : “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku”. Salib yang perlu kita pikul adalah penderitaan dan persoalan yang merupakan bagian dari hidup kita sehari-hari.
Banyak orang salah paham dalam hal ini dan mengira bahwa sebagai orang percaya kita harus menerima penderitaan sebagai nasib atau takdir. Bukan itu yang dimaksud. Tuhan Yesus tidak menerima penderitaan secara pasif. Ia pun tidak mencari-cari penderitaan. Ia menerima penderitaan secara aktif, yaitu memanfaatkan penderitaan sebagai pelajaran untuk menumbuhkan atau mendewasakan ketaatan-Nya kepada Bapa di Sorga. Di Ibrani 5:8, tertulis “... Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya, dan sesudah Ia mencapai kesempurnaanNya ...”
Dalam memanggil orang-orang untuk mengikut Dia, Tuhan Yesus tidak menjanjikan jalan hidup yang penuh dengan keberhasilan atau jalan hidup yang tidak menghadapi penderitaan. Tuhan Yesus justru mengingatkan bahwa mereka harus mau memikul salib. Bersedia memikul salib merupakan prasyarat untuk mengikut Yesus, sebab dalam jalan hidup Yesus pun ada penderitaan.
Disadur dari buku Selamat Ribut Rukun! Andar Ismail. (2010-02-04)
http://www.gkitamanaries.com/reflexion.jsp?reflexionId=58

Tambahan yang harus  kita  sama-sama ingat.
Kita hidup bertujuan untuk memuliakan nama Tuhan, caranya " ya tidak mudah"  tapi jika  kita melakukan 2 hukum utama ( Matius 22:  37 dan 39) kita sudah  mulai berjalan menuju Kerajaan kekal.

Semua  orang yang telah memutuskan untuk menjadi Murid Yesus Kristus dipanggil untuk melanjutkan tugasNya dalam rangka memberitakan dan menyaksikan tentang kasihNya yang menyelamatkan manusia dari Dosa.
Apabila seseorang telah mengakui bahwa ia mengasihi Tuhan, maka perilaku hidupnya seharusnya mencerminkan kesaksian sebagai orang Kristen yang benar. Yang mengutamakan dan menprioritaskan Tuhan daripada diri sendiri. Dengan demikian id adapt layak dan berkenan di hadapan Tuhan.



Tuhan Yesus memberkati

Tidak ada komentar: