Home

Anda pengunjung ke

Happy Birthday BPK PT

Happy Birthday BPK PT

Susunan Pengurus BPK Persekutuan Teruna GPIB Anugerah Periode 2010 - 2012

Pemilihan Pengurus BPK Persekutuan Teruna GPIB Anugerah yang dilakukan hari Minggu 7 NOvember 2010 pukul 13.00 mendapatkan hasil sebagai berikut :

KETUA : Kak Reco
SEKRETARIS : Kak Nila
BENDAHARA : Kak Tyas

Untuk sie pendukung yang lain akan dikoordinasikan lebih lanjut.

Selamat bertugas Kakak-kakak pengurus yang sudah terpilih.
Selalu berkarya untuk meningkatkan persekutuan dan untuk kemuliaan TUhan.

Tuhan Yesus memberkati

Rabu, 27 Januari 2010

Tatapan Mata

Bacaan hari ini: Lukas 19:1-10


Ayat mas hari ini: Lukas 19:3

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 16-18; Matius 18:1-20


Mata adalah jendela hati,” kata penyair Kahlil Gibran. Dari pancaran mata dan cara orang melihat kita, sedikit banyak dapat dibaca apa pandangan orang itu tentang kita. Ada mata licik penuh selidik; ada mata haru penuh rasa terima kasih; ada mata sinis penuh prasangka; ada mata teduh penuh belas kasih; ada mata bercahaya penuh respek; ada mata yang menyorotkan penghinaan. Sorot pandangan mata mencerminkan seberapa tinggi atau rendah orang menilai sesamanya.



Lukas menyebut Zakheus berbadan pendek (ayat 3). Memang secara fisik begitu, tetapi sebenarnya maknanya lebih dari itu. Memang kebanyakan orang dewasa menatapnya dengan menunduk sebab badannya pendek. Namun, itu juga cerminan kedudukan sosial dan moralnya di mata orang. Begitulah penilaian banyak orang kepadanya sebagai kepala pemungut cukai. “Pendek” alias rendah. Banyak mata memancarkan tatapan “merendahkan” dia. Namun, hari itu sungguh istimewa. Lukas menggambarkannya secara dramatis: ada orang yang memandang Zakheus dengan mendongak! Zakheus dipandang “tinggi” sebab ia sedang berada di atas pohon. Dan dengan pancaran mata bersahabat, Seseorang menawarkan diri untuk singgah di rumahnya (ayat 5). Orang itu Yesus. Dan pada hari itulah Zakheus berubah!

Semua orang memerlukan tatapan mata sejuk bersahabat. Dunia sekeliling kita sudah penuh dengan tatapan negatif: prasangka buruk, sinis, menantang, mengolok, menuduh, dan membenci. Jika kita ingin berbeda karena iman kita, berikanlah tatapan mata seperti yang Yesus berikan kepada Zakheus. Siapa tahu ada orang yang hidupnya bakal berubah karenanya.

Satu tatapan mata yang bersahabat lebih bermakna daripada seribu tatapan mata penuh penghakiman

Penulis: Pipi Agus Dhali

Selasa, 26 Januari 2010

Selasa, 26 January 2010 Sabar dan tekun

Sabar dan Tekun


Bacaan hari ini: Yakobus 5:10,11


Ayat mas hari ini: Yakobus 5:11

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 14-15; Matius 17

Awal 2009, Luiz Felipe Scolari dipecat sebagai pelatih Chelsea, padahal ia baru tujuh bulan melatih klub sepak bola asal London tersebut. Penyebabnya, Scolari dianggap gagal membawa Chelsea berprestasi. Terhadap pemecatannya itu, Alex Ferguson, pelatih Manchester United, salah satu kesebelasan saingan berat Chelsea berkomentar, “Ini adalah tanda waktu, tidak ada lagi kesabaran di dunia sekarang ini.” Ferguson berkata begitu bisa jadi karena berkaca pada pengalamannya sendiri, ia perlu waktu bertahun-tahun untuk menjadikan Manchester United sebagai kesebelasan tangguh. Tidak instan.

Begitulah, pada zaman yang semakin modern ini, nilai-nilai kesabaran dan ketekunan semakin jarang. Orang cenderung ingin serbacepat, serba segera mendapat hasil. Ingin segera kaya, ingin segera naik jabatan, ingin segera terkenal, ingin segera menikah, ingin segera mendapat gelar kesarjanaan, ingin segera bebas dari masalah yang tengah membelit. Kalau hanya sampai di sini mungkin tidak terlalu jadi masalah. Yang celaka kalau kemudian jadi tergoda untuk mengambil jalan pintas, bahkan menghalalkan segala cara. Akibatnya bukan untung, malah buntung; bukan kegembiraan yang diraih, malah kesedihan yang didapat. Ibarat petani yang karena tidak sabar menunggu panen tiba, lalu menarik-narik tanamannya supaya segera berbuah. Akibatnya bukan buah yang diperoleh, melainkan tanamannya itu justru mati sia-sia.

Melalui bacaan Alkitab hari ini kita diingatkan kembali akan pentingnya sikap sabar dan tekun seperti yang telah dicontohkan para nabi pada masa lalu (ayat 10). Yakobus menyebut mereka sebagai orang-orang yang berbahagia.

KESABARAN DAN KETEKUNAN AKAN MEMBUAHKAN KEBAHAGIAAN


Penulis: Ayub Yahya

http://www.renunganharian.net/utama.php?tanggalnya=2010-01-26

Senin, 25 Januari 2010

Senin, 25 January 2010, Sempurna

Sempurna
Bacaan hari ini: Matius 5:43-48
Ayat mas hari ini: Matius 5:48
Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 12-13; Matius 16

Seorang teman saya dinasihati agar belajar untuk bersikap dewasa. Apa yang ia lakukan? Jika ditanyai berapa umurnya, ia menyebutkan angka yang membuat dirinya dua-tiga tahun lebih tua. Ia juga suka berlagak menasihati teman-teman lain yang sebaya atau malah sebenarnya lebih tua darinya. Pengertian yang keliru menghasilkan tindakan yang keliru. Kita mungkin juga bingung ketika diperintahkan untuk menjadi sempurna seperti Bapa di surga. Apakah itu berarti kita harus kebal terhadap kesalahan dan kegagalan?

Sempurna, atau bahasa Yunaninya teleios, berarti dewasa, matang, sudah mencapai tujuan, lengkap, utuh. Kathleen Norris dalam buku Amazing Grace menguraikan arti kesempurnaan secara menarik. Ia menulis, “Kesempurnaan, dalam pengertian kristiani, berarti menjadi cukup dewasa, sehingga kita mampu memberikan diri kita kepada orang lain. Apa pun yang kita miliki, tidak peduli betapa pun kecil tampaknya hal itu, adalah sesuatu yang dapat kita bagikan dengan mereka yang lebih miskin. Kesempurnaan semacam ini menuntut kita untuk menjadi diri kita sepenuhnya sebagaimana ditetapkan oleh Allah: dewasa, matang, utuh, siap menanggung apa saja yang menimpa hidup kita.”

Untuk menjadi sempurna, kita tidak perlu bertingkah aneh seperti teman saya tadi. Bapa kita di surga meneladankan kesempurnaan dengan memberkati orang yang baik dan juga orang yang jahat. Kita pun dapat menjadi sempurna dengan belajar mengasihi tanpa pandang bulu dan bersikap lebih sabar terhadap orang lain.

KESEMPURNAAN BUKANLAH KEADAAN YANG TANPA CACAT CELA, MELAINKAN SIKAP HATI YANG RELA BERBAGI DENGAN SIAPA SAJA

Penulis: Arie Saptaji
http://www.renunganharian.net/utama.php?tanggalnya=2010-01-25

Jumat, 22 Januari 2010

Jumat, 22 February 2010 Godaan dari Dalam

Godaan dari Dalam


Baca: Markus 7:1-5, 18-23

Ayat Mas: Markus 7:23

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 4-6; Matius 14:22-36

Godaan dari dalam tidak jarang justru lebih membahayakan daripada tantangan yang berasal dari luar. Data yang dikeluarkan oleh DLLAJR (Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya) dari tahun ke tahun menunjukkan, kecelakaan lalu lintas lebih banyak disebabkan oleh kelalaian sopir atau kondisi kendaraan yang kurang memadai, daripada disebabkan oleh kondisi cuaca atau jalanan yang buruk.

Hidup kita pun begitu. Seumpama bahtera yang berlayar, ada saat kita diterjang ombak besar dan badai dahsyat; entah sakit penyakit, kesulitan di tempat kerja, gonjang-ganjing dalam keluarga, atau masalah dalam pelayanan. Semua itu bisa meluluhlantakkan bahtera hidup kita. Namun, bahaya yang lebih “mematikan” sebetulnya justru datang dari dalam diri sendiri; berupa keserakahan, kesombongan, pikiran kotor, iri hati, dendam kesumat, dan sebagainya. Tentang bahaya dari dalam inilah yang “diangkat” oleh Tuhan Yesus dalam bacaan Alkitab hari ini. Ketika itu para murid tidak mencuci tangan sebelum makan (ayat 2), sementara orang Farisi mencuci tangan dengan cara tertentu (ayat 3). Dalam hukum Yahudi, tidak mencuci tangan sebelum makan adalah kesalahan besar; bukan karena soal kebersihan dan kesehatan, tetapi karena tindakan itu dianggap najis di mata Allah (ayat 5).

Tuhan Yesus hendak mengoreksi anggapan demikian. Dia seolah-olah berkata, “Kalian kok begitu sibuk mengurus apa yang masuk ke perut. Padahal yang lebih berbahaya itu justru yang keluar dari hati dan pikiran kalian” (ayat 18-23). Maka, marilah kita waspada dengan godaan-godaan yang menggerogoti hati dan pikiran kita. Semoga Allah menolong kita.

Kita perlu menjaga hati dan pikiran dari segala “kotoran” kehidupan



Penulis: Ayub Yahya

http://www.renunganharian.net/lihatrenungan.php?judul=Godaan%20dari%20Dalam%20%20%20&nama=

Senin, 18 Januari 2010

Senin, 18 Januari 2010 Piranti Ibadah

Piranti Ngibadah
Bacaan hari ini: 1 Tawarikh 9:24-34


Ayat mas hari ini: 1 Tawarikh 9:33

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 43-45; Matius 12:24-50

Pak Yadi menempelkan stiker besar di kaca belakang mobilnya bertiliskan: Piranti Ngibadah, yang berarti “Sarana Beribadah”. Lalu, untuk apa saja mobil itu dipakai? Ya untuk aktivitas dan transportasi keluarga sehari-hari, seperti mengantar anak ke sekolah, mengantar dagangan ke pasar, mengunjungi kerabat, bertamasya, mengantar tetangga yang memerlukan bantuan dan, tentu saja, pergi ke gereja. “Bagi saya, semuanya itu merupakan ibadah,” kata Pak Yadi. “Karena mobil itu pemberian Tuhan, tulisan itu saya jadikan pengingat, agar memakainya untuk beribadah kepada-Nya.”

Pak Yadi memahami suatu konsep penting dalam beribadah: bahwa ibadah itu mencakup segala sesuatu yang kita kerjakan dan bahwa ibadah itu berlangsung setiap saat. Pelayanan para imam Perjanjian Lama di Bait Allah menggambarkan hal tersebut. Para imam terus-menerus melayani di Bait Allah, 24 jam setiap hari tanpa henti. Mereka melakukannya secara bergantian rombongan demi rombongan. Ibadah mereka bukan hanya upacara dua jam yang diadakan seminggu sekali, tetapi merupakan pusat kehidupan yang mewarnai aneka aktivitas bangsa itu.

Dalam Perjanjian Baru, orang-orang percaya dipanggil menjadi imam Allah (1 Petrus 2:9). Apakah berarti semua orang percaya harus menjadi pendeta atau pekerja sepenuh waktu di gereja? Tentu tidak. Sesungguhnya, kita juga terus-menerus sedang beribadah dengan senantiasa menyadari hadirat Allah dalam segala sesuatu yang kita lakukan. Pula ketika kita meminta bimbingan-Nya, dan memperlakukan setiap pekerjaan—apa saja, sebagai persembahan dan pelayanan bagi Tuhan.

IBADAH ITU BUKAN KEGIATAN HARIAN ATAU MINGGUAN, TETAPI SIKAP HATI YANG TERUS-MENERUS MEMULIAKAN TUHAN

Penulis: Arie Saptaji
http://www.renunganharian.net/utama.php?tanggalnya=2010-01-18

Jumat, 15 Januari 2010

Jumat, 15 Januari 2010 Pertanyaan Yesus

Pertanyaan Yesus
Bacaan hari ini: Yohanes 21:15-19

Ayat mas hari ini: Yohanes 21:17
Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 36-38; Matius 10:21-42

Rasa bersalah membuat kita menjadi salah tingkah. Itulah juga yang dialami Petrus. Ia pernah menyangkal Yesus tiga kali. Lalu tiga kali pula Yesus bertanya kepadanya, apakah Petrus mengasihi-Nya. Apakah pertanyaan itu menunjukkan bahwa Yesus masih mengingat-ingat kesalahan Petrus, dan dengan sengaja menyindir Petrus dengan tiga kali bertanya? Demikian pertanyaan Petrus dalam hati. Pertanyaan yang diajukan sama. Lagipula, Yesus sudah tahu jawabannya. Lalu mengapa Dia bertanya kepada Petrus sampai tiga kali?

Pertanyaan Yesus ditanyakan sampai tiga kali, karena pertanyaan itu demikian penting bagi Yesus. Bahwa Petrus mengasihi-Nya—dan mengasihi-Nya dengan sungguh-sungguh, lebih dari apa pun yang dikasihi Petrus. Yesus tidak menghakimi Petrus, bukan pula menyindir atau memojokkannya. Yesus sangat mengasihi Petrus. Dia ingin Petrus terus mengingat bahwa yang terpenting bagi Yesus adalah bahwa Petrus selalu mengasihi-Nya. Jika Petrus mengasihi Yesus, ia akan meng¬gembalakan domba-Nya; ia akan setia; ia akan melayani.

Orang merasa bahwa apa yang penting adalah apa yang ia lakukan; apa talentanya; apa saja yang ia capai. Ada pula yang mesrasa dirinya penting karena orang lain menghargainya—memandang dan mengerti pencapaian yang ia raih. Namun, bagi Yesus, yang terpenting adalah: apakah kita mengasihi Yesus? Apa pun yang kita capai dalam hidup ini tidak akan ada artinya jika kita tidak mengasihi Yesus. Apabila kita mengasihi-Nya, maka dari kasih itu akan lahir pengabdian, pengorbanan, dan kesetiaan untuk melayani Dia.

HAL TERBAIK YANG DAPAT KITA BERI BAGI TUHAN ADALAH KESEDIAAN KITA MENJALIN HUBUNGAN PRIBADI DENGAN-NYA

Penulis: Denni Boy Saragih
http://www.renunganharian.net/utama.php?tanggalnya=2010-01-15

Kamis, 14 Januari 2010

Kamis, 14 Januari 2010 Lewat batas

Lewat Batas

Bacaan hari ini: 1 Samuel 2:12-17


Ayat mas hari ini: Amsal 4:23

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 33-35; Matius 10:1-20

Seorang pekerja asing mengaku kaget waktu pertama kali datang ke Jakarta. Ia melihat banyak iklan rokok bertebaran di bandara maupun jalan-jalan raya. Padahal, di hampir 170 negara di dunia, pemasangan iklan rokok dilarang di ruang publik, untuk mencegah orang menjadi pecandu rokok. Kita, di Indonesia, sudah sangat terbiasa melihat iklan rokok, sehingga tidak lagi merasa itu salah. Apa yang di mata dunia salah, sudah kita anggap lumrah!

Kitab 1 Samuel 2 menceritakan betapa keterlaluan sikap kedua anak Eli. Mereka disebut “orang dursila” (ayat 12) karena kelancangan yang kelewat batas. Perilaku dursila ini tidak terbentuk dalam semalam. Mula-mula mereka “hanya” mengambil sebagian daging korban yang sedang dimasak umat untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Padahal menurut aturan, daging baru boleh diambil sesudah selesai dipersembahkan. Saat itu Imam Eli tidak tegas menegur. Karena dibiarkan, lama-kelamaan keduanya makin nekat. Belum lagi sempat dimasak, daging korban sudah diminta (ayat 13,14). Bahkan mereka berani memintanya dengan paksa dari tangan umat (ayat 15,16). Sikap keduanya mengejutkan umat. Perbuatan anak-anak imam ini sudah jelas sa¬lah, tetapi keduanya menganggap itu lumrah.

Dosa yang dibiarkan bisa membutakan hati nurani. Membuat kita berani melakukannya terang-terangan tanpa rasa bersalah lagi. Penangkalnya cuma satu: menjaga hati dengan segala kewaspadaan. Kita perlu sering introspeksi. Becermin pada firman Tuhan. Dari situ kita akan disadarkan jika ada yang tidak beres. Tidak menganggap dosa itu lumrah.

KETIKA DOSA SUDAH DIANGGAP LUMRAH, KITA KEHILANGAN RASA BERSALAH


Penulis: Juswantori Ichwan

http://www.renunganharian.net/utama.php?tanggalnya=2010-01-14

Rabu, 13 Januari 2010

Rabu 13 January 2009 Dokter Dermawan

Dokter Dermawan
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 9:36-42
Ayat mas hari ini: Kisah Para Rasul 9:36
Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 31-32; Matius 9:18-38

Dokter Lo Siaw Ging dari Solo, Jawa Tengah, terkenal dermawan. Ia merawat dan mengobati pasiennya tanpa menetapkan tarif, dan sebagian besar pasiennya malah tidak dikenai biaya. Lebih jauh lagi, ia bersedia menanggung biaya pembelian obat dan, jika perlu, biaya perawatan di rumah sakit bagi pasien yang tidak mampu. Menjadi dokter, bagi Lo, adalah sebuah anugerah. Ia juga mengingat baik-baik nasihat ayahnya, “Kalau mau jadi dokter, ya jangan dagang. Kalau mau dagang, jangan jadi dokter.” Sikap ini membuatnya dicintai dan dihormati warga sekitar. Ketika terjadi kerusuhan pada 1998, penduduk setempat berinisiatif menjaga tempat praktiknya.

Sungguh melegakan, sosok seperti Dorkas ternyata masih ada pada masa kini. Perempuan Yope ini memiliki dampak yang mendalam bagi masyarakat sekitarnya. Ia rajin berbuat baik, terutama dengan menolong orang-orang miskin. Tampaknya Dorkas terbiasa menyantuni para janda dengan pakaian hasil jahitannya sendiri. Ketika ia meninggal, rumahnya penuh dengan peratap, orang-orang yang merasa berutang budi atas kebaikan hati Dorkas dan sangat kehilangan atas kepergiannya. Dan, ketika Petrus membangkitkannya dari kematian, berita itu “tersebar di seluruh Yope dan banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan” (ayat 42).

Pekerjaan kita tidak lain ialah mimbar untuk mewartakan kebaikan Tuhan. Dia tidak hanya memakai pengkhotbah hebat seperti Petrus dan Paulus, tetapi juga orang yang bermurah hati menggunakan talentanya untuk memberkati sesama seperti Dorkas. Marilah kita, seperti dokter Lo, mengikuti teladan Dorkas.

KEDERMAWANAN BAHKAN BERUSAHA MENCARI ALASAN AGAR DAPAT MEMBERI—PUBLIUS SYRUS
Penulis: Arie Saptaji
http://www.renunganharian.net/utama.php?tanggalnya=2010-01-13

Selasa, 12 Januari 2010

Selasa, 12 Januari 2010 Memaafkan lewat Perbuatan

Memaafkan lewat Perbuatan

Baca: Filemon 1:8-17
Ayat Mas: 1 Yohanes 3:18
Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 29-30;
Matius 9:1-17


Tanggal 13 Mei 1981 dunia gempar dengan peristiwa ditembaknya Paus Yohanes Paulus II di Lapangan Santo Petrus Vatikan. Penembaknya Mehmet Ali Agca. Paus menderita luka serius dan nyaris meninggal. Sesaat sebelum jatuh pingsan, Paus sempat berkata, “Ya Tuhan, ampunilah dia.” Empat hari kemudian setelah mulai pulih, secara terbuka Paus menyatakan memaafkan perbuatan Agca. Dua tahun sesudahnya, pada 27 Desember 1983, Paus mengunjungi Agca di Penjara Rebbibia, Roma. Ia berbicara dari hati ke hati dengan orang yang pernah hendak membunuhnya itu. Ia menegaskan kembali telah memaafkan Agca. Tahun 2000 Paus meminta pengampunan bagi Agca kepada Pengadilan Roma, yang membuatnya hanya menjalani 19 tahun dari masa hukuman seumur hidup.

Memaafkan memang tidak cukup hanya diucapkan di mulut, perlu juga ditampakkan dalam perbuatan. Onesimus pernah melakukan kesalahan besar terhadap Filemon, tuannya, sebelum akhirnya ia bertemu dengan Paulus di dalam penjara, lalu bertobat dan menjadi sahabat dekat (ayat 12). Untuk itulah Paulus menulis surat kepada Filemon, yaitu meminta Filemon memaafkan dan menerima kembali Onesimus (ayat 15,16).

Adakah seseorang yang pernah menyakiti Anda; menimbulkan kepahitan yang menggoreskan luka di hati? Sangat baik kalau Anda telah memaafkannya. Tetapi akan jauh lebih baik kalau kata maaf itu Anda nyatakan juga dalam perbuatan. Mungkin dengan memberinya kembali kesempatan, atau bertegur sapa kembali sebagai teman. Hal itu bukan saja akan lebih menolongnya, melainkan juga akan lebih menolong Anda.

MEMAAFKAN DENGAN UCAPAN BARULAH SEPARUH PERJALANAN. SEPARUHNYA LAGI MEMAAFKAN DENGAN PERBUATAN

Penulis: Ayub Yahya

http://www.renunganharian.net/lihatrenungan.php?judul=Memaafkan%20lewat%20Perbuatan&nama=

Senin, 11 Januari 2010

Senin, 11 Januari 2010 Tuhan Maha Tahu

Allah Mahatahu
Baca: Yunus 1:1-3
Ayat Mas: Mazmur 139:7,8
Bacaan Alkitab Setahun:
Kejadian 27-28; Matius 8:18-34


Seorang karyawan diminta untuk berdinas luar kota. Namun, kesempatan tersebut ia manfaatkan untuk bersantai dan jalan-jalan; sebab ia merasa lepas dari pengawasan atasan. Pikirnya, atasan tidak akan tahu. Jika atasan menghubungi, ia punya ribuan dalih bahwa pekerjaan berjalan lancar. Kebiasaan buruk serupa ini terkadang kita lakukan juga dalam kehidupan rohani. Kita bisa berlagak santai; menganggap bahwa Allah bisa dibatasi—tidak bisa terlibat jauh dalam segi-segi pribadi kehidupan dan pergaulan kita.

Pikiran seperti itu pernah menghinggapi Yunus. Tuhan meminta Yunus ke Niniwe untuk menyampaikan firman yang berisi teguran. Namun, Yunus menolak dan berusaha melarikan diri dari Tuhan. Ia pergi ke Tarsis—yang berlawanan arah dengan Niniwe. Mengapa Tarsis? Karena pikirnya, Tarsis adalah tempat yang cocok untuk menjauh dari Tuhan. Mungkin Yunus berpikir seperti kebanyakan orang Israel: Allah hanya hadir di tanah Israel. Tak mungkin Allah ada di negeri asing seperti Tarsis.

Kerap kali kita juga berpikir seperti Yunus. Entah berapa banyak di antara kita yang berpikir Allah hanya ada di persekutuan atau gereja. Allah tidak hadir di tempat kita bekerja, di sekolah, atau di kamar pribadi kita. Sehingga tatkala kita ada di tempat-tempat yang kita pikir Allah tidak hadir, kita merasa bebas berbuat dosa. Ini jelas salah. Kita harus belajar dari pemazmur yang berkata, “Ke manakah aku akan menjauhi Roh Tuhan? Di dunia orang mati pun ada Tuhan!” Kita tak dapat bersembunyi dari Allah Yang Mahatahu. Bahkan jika kita ada di kegelapan klub malam pun, Allah tahu. Jadi, takutlah untuk berbuat dosa. Di mana pun dan kapan pun.


BODOHLAH ORANG YANG BERPIKIR DAPAT MENYEMBUNYIKAN DOSA DI HADAPAN ALLAH YANG MAHATAHU

Penulis: Riand Yovindra
http://www.renunganharian.net/lihatrenungan.php?judul=Allah%20Mahatahu&nama=

Kamis, 07 Januari 2010

Sabtu, 9 January 2010 AIR


Air
Baca: Keluaran 15:22-27


Ayat Mas: Keluaran 15:23

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 23-24; Matius 7

Air dikenal sebagai komponen terpenting dari kehidupan. Semua makhluk membutuhkannya untuk hidup. Itu sebabnya, air pulalah yang dijadikan indikator utama oleh para peneliti untuk mencari kehidupan di luar angkasa. Sebuah benda langit yang tidak mengandung air, diyakini tidak bisa memiliki kehidupan juga. Sebaliknya, benda langit yang mengandung air seperti planet Mars atau bulan dari planet Yupiter yang bernama Europa, diduga dapat menyokong kehidupan.



Pemahaman akan pentingnya air ini dimengerti benar oleh bangsa Israel kuno. Hidup di daerah yang memiliki banyak gurun membuat mereka tahu persis pentingnya air. Itu sebabnya dalam perjalanan keluar dari Mesir menuju Kanaan, bangsa Israel biasanya berhenti di dekat sumber air, seperti di Mara dan Elim dalam bacaan kita hari ini. Sungguh tragis bahwa sekarang banyak sumber air yang telah rusak oleh karena kecerobohan atau keserakahan manusia. Kalau di Mara, Tuhan membuat air yang tidak layak minum menjadi layak, pada zaman ini manusia melakukan sebaliknya—kita membuat air yang bersih menjadi tidak layak pakai.



Kita perlu berjuang keras untuk menghentikan tindakan perusakan ini dan bahkan berusaha memperbaikinya. Kita perlu menggunakan air dengan bertanggung jawab. Kita harus berhenti mengotori sungai-sungai kita dengan berbagai sampah dan limbah industri. Atau, dimulai dari tempat tinggal kita, dengan tidak me¬nutup tanah yang tersisa dengan semen dan batu bata. Agar cukup tempat untuk peresapan air; agar ada air tanah dengan kualitas yang baik.


KETIKA MENCIPTA AIR, ALLAH MEMBUBUHKAN KEHIDUPAN AGAR AIR MENOPANG HIDUP MANUSIA YANG DICINTAI-NYA

Penulis: Alison Subiantoro

Air Baca: Keluaran 15:22-27

Kamis, 8 January 2009 Tinggal Tenang



Tinggal Tenang

Baca: Yesaya 30:15-18


Ayat Mas: Yesaya 30:15

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 20-22; Matius 6:19-34


Martin dan istrinya panik. Tiba-tiba saja putra sulung mereka yang masih kuliah mengaku telah menghamili kekasihnya. Dalam kepanikan, Martin memutuskan untuk menikahkan putranya secepat mungkin, walau kondisi keuangannya tidak mencukupi. Dipinjamnya sejumlah uang dari seorang rentenir. Setelah pesta pernikahan usai, masalahnya belum selesai. Kini Martin terbelit utang dengan bunga tinggi. Penagih utang terus mendatanginya. Rumah tangga putranya pun dilanda aneka persoalan karena kurang persiapan.


Dalam kepanikan orang cenderung berpikir praktis, tidak berpikir panjang. Tak heran keputusan yang dibuat saat panik, umumnya membuat situasi bertambah runyam. Ketika umat Israel menghadapi perang, me¬reka juga panik. Perhitungan di atas kertas menunjukkan bahwa kekuatan musuh jauh lebih besar. Karena takut kalah, mereka segera meminta bantuan kepada tentara Mesir yang terkenal tangguh. Faktor Tuhan lupa dimasukkan dalam perhitungan. Padahal ini faktor penentu kemenangan! Kepanikan telah menggiring umat mencari solusi cepat dan praktis. Akhirnya, mereka memilih ”naik kuda dan lari cepat,” ketimbang mendengar nasihat Tuhan untuk bertobat dan tinggal tenang! Hasilnya? Usaha mereka itu sia-sia. Malah menambah masalah.


Kepanikan biasanya muncul saat kita menghadapi situasi sulit dan terjepit. Hadirnya tak dapat ditolak, namun dapat diredakan. Tenangkan diri di hadapan Tuhan. Diam. Lalu minta Tuhan untuk memegang kendali dan menunjukkan jalan. Jangan terburu-buru mengambil keputusan, sebelum yakin itu jalan Tuhan.

Beriman berarti menolak dikuasai oleh kepanikan lalu membiarkan diri dikuasai oleh Tuhan


Penulis: Juswantori Ichwan

http://www.renunganharian.net/lihatrenungan.php?judul=Tinggal%20Tenang&nama=

Kamis, 7 January 2010 Membela Kehidupan Bacaan

Membela Kehidupan Bacaan hari ini: Keluaran 1:8-22


Ayat mas hari ini: Keluaran 1:17

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 18-19; Matius 6:1-18


Bagai makan buah simalakama. Kalau dimakan, bapak yang mati; kalau tidak dimakan, ibu yang mati. Dua pilihan yang sama-sama menyulitkan dan menyudutkan kita. Bagaimana sikap kita jika dihadapkan pada kondisi semacam itu?



Bidan Sifra dan Pua, pahlawan perempuan dalam awal sejarah perbudakan orang Israel di tanah Mesir, dihadapkan pada pilihan dilematis. Mereka secara diam-diam menentang perintah raja Mesir. Raja memerintahkan mereka agar membunuh bayi laki-laki Ibrani yang mereka tolong kelahirannya. Tetapi mereka mengelak perintah ini. Mereka diinterogasi (ayat 18), tetapi mereka tak kehabisan akal. Dan Alkitab mencatat bahwa mereka melakukan hal ini karena “takut akan Allah” (ayat 17). Rupanya, kedua bidan Mesir ini sudah mengenal Allah. Sebuah catatan yang menarik: pada waktu itu Allah juga sudah dikenali oleh orang-orang bukan Israel! Dan, karena pengenalan akan Allah itu, sekalipun diperintahkan untuk membunuh, mereka memilih untuk membela kehidupan.



mereka mengajarkan bahwa kunci untuk menghadapi pilihan dilematis adalah takut akan Tuhan. Artinya, kita menentukan pilihan berdasarkan apa yang dipikirkan Tuhan, bukan apa yang dipikirkan manusia. Berdasarkan kebenaran firman Tuhan, bukan berdasarkan pendapat orang. Berdasarkan pembelaan terhadap kehidupan, bukan kejahatan. Mungkin, akibat pilihan yang tidak populer itu, kita dikucilkan, atau batal menerima promosi jabatan tertentu. Namun, seperti dialami Sifra dan Pua (ayat 21), Tuhan akan berbuat baik kepada kita. Bukankah kebaikan Tuhan jauh lebih hebat daripada perlindungan manusia?


MEMBELA KEHIDUPAN BUKAN SEKADAR KEWAJIBAN, MELAINKAN PANGGILAN DALAM SETIAP ASPEK KEHIDUPAN




Penulis: Daniel K. Listijabudi
http://www.renunganharian.net/utama.php?tanggalnya=2010-01-7

Rabu, 06 Januari 2010

Rabu, 6 January 2010 Jati Diri



Jati Diri


Bacaan hari ini: 1 Yohanes 3:1-10
Ayat mas hari ini: Yohanes 1:12

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 16-17; Matius 5:27-48



Gajah betina itu tak kenal identitasnya. Sejak kecil ia dipelihara dan hidup di antara para tupai. Maka ia menganggap dirinya tergolong bangsa tupai. Ia bertingkah polah seperti tupai. Ia belum kenal jati dirinya, sampai ia berjumpa Manny, si gajah jantan. Dengan berbagai cara, tahap demi tahap, Manny berusaha menunjukkan keserupaan di antara mereka untuk menyadarkannya bahwa ia adalah gajah, bukan tupai. Begitulah cerita ringkas film animasi Ice Age 2.

Pesannya jelas: kita perlu sadar diri—siapa kita dan belajar berperilaku sesuai jati diri itu.Kalau burung mengira dirinya ayam, ia tidak akan terbang tetapi hanya melom¬pat-lompat.

Kalau seorang kristiani tidak sadar dirinya anak Allah, jelas yang dilakukannya tidak sesuai standar anak-anak Allah. Sejak menerima Kristus, kita dilahirkan kem¬bali; diciptakan baru; diangkat menjadi “anak-anak Allah”; dan “benih ilahi” ada di dalam kita (ayat 9).

Lewat pergaulan tahap demi tahap dengan Dia, selayaknya perilaku kita mengikuti standar keserupaan dengan Yesus. Yohanes tak henti-hentinya menulis tentang kebenaran ini. Mengapa?Sebab target gempuran Iblis adalah membuat orang-orang kristiani “lupa” jati dirinya. Bagaimana bisa? Lewat tantangan dan cobaan hidup yang beragam, kita bisa dibuat memiliki gambar diri yang buruk: anak bodoh; pembawa celaka; si nasib sial; orang gagal; pecundang; wanita yang tak layak dicintai; pria miskin; si tua yang tak berguna; si pembuat dosa yang tak terampuni. Lalu tanpa sadar, orang akan berperilaku seperti gambar diri itu. Stop! Jangan tergiring ke arah itu! Kita adalah anak-anak Allah. Berjuang dan berperilakulah di atas landasan jati diri yang benar!

Perubahan hidup dimulai dari perubahan gambar diri ke arah yang sesuai dengan kebenaran firman Tuhan


Penulis: Pipi Agus Dhali

Selasa, 05 Januari 2010

Selasa, 5 Januari 2010 Petualangan Terindah


Petualangan Terindah

Bacaan hari ini: Mazmur 118:19-29

Ayat mas hari ini: Mazmur 118:24

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 13-15; Matius 5:1-26

Dalam film Up, Carl merasa dikecewakan oleh kehidupan. Ia dan Ellie bermim¬pi untuk bertualang ke air terjun Paradise. Ellie bahkan menyiapkan “Buku Petualanganku”, dengan lembar-lembar kosong di belakang untuk mencatat perjalanan mereka. Namun, aneka masalah—ban bocor, rumah rusak, dan penyakit, menunda rencana itu. Sampai Ellie meninggal, rencana itu belum terwujud. Carl menjadi duda yang menutup diri. Suatu ketika Carl menemukan “Buku Petualanganku” itu. Ternyata Ellie sudah meng¬isi halaman-halaman yang semula kosong dengan foto-foto pernikahan dan kebersamaan mereka. Ia membubuhkan catatan, berterima kasih kepada Carl atas petualangan yang mereka lewati. Bagi Ellie, kehidupannya sehari-hari bersama Carl ialah petualangan terindah.Hari-hari kehidupan kita kerap tidak seindah impian; aneka masalah membuat kita sulit bersukacita. Perasaan yang entah kenapa murung; situasi yang tidak dapat kita kendalikan; pengharapan yang terpupus; atau rasa bersalah akibat keputusan yang keliru—semua itu merampas sukacita kita.Pemazmur memahami perasaan seperti itu. Ia menggugah kita untuk berpaling kepada Tuhan. Tuhanlah yang telah menjadikan hari-hari kita, maka Dia pula yang memegang kendali, menyediakan pemeliharaan, dan menguatkan kita dalam menghadapi setiap persoalan. Di tengah situasi sulit sekalipun, kita dapat menemukan sumber sukacita dan rasa syukur untuk menjalani “petualangan” hidup hari demi hari. Dengan segala suka dukanya, hari ini adalah kesempatan terindah yang dikaruniakan Tuhan bagi kita untuk hidup dan melayani Dia.


HARI DEMI HARI AKAN TERUS BERGANTI. ISILAH HARI INI DENGAN PERKARA YANG BERARTI
Penulis: Arie Saptaji